Kamis, 25 Juni 2009

Waspadai Kemunculan Hipertensi pada Kehamilan

Hipertensi (tekanan darah tinggi) biasa dijumpai pada perempuan hamil. Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi penyebab tingginya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) baik pada ibu, janin, maupun bayi yang dilahirkan di seluruh dunia.
Karena itu, perlu ada penatalaksanaan secara khusus bagi ibu hamil, terutama yang menderita penyakit itu.
Menurut Prof Dr Endang Susalit SpPD-KGH, dari Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedikitnya 10 persen perempuan pada kehamilan pertama akan terkena hipertensi.
“Perempuan hamil dengan hipertensi menunjukkan peninggian risiko terjadinya komplikasi, antara lain penyakit pembuluh darah otak dan gagal organ. Sedangkan janin yang dikandungnya berisiko tinggi terkena komplikasi hambatan pertumbuhan,” ujar Endang dalam Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular IV beberapa waktu lalu.
Menurut laporan National High Blood Pressure Education Program Working Group Tahun 2000 tentang hipertensi pada kehamilan, ada beberapa klasifikasi hipertensi pada ibu hamil.
Salah satunya adalah hipertensi kronik, yaitu tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg. Penyakit ini terjadi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu atau menetap setelah pascapartus enam minggu.
Pengobatan hipertensi perlu diberikan karena kematian ibu umumnya disebabkan oleh pendarahan di otak.
“Jika tekanan darah sistemik melebihi 200 mmHg, angka kematian ibu adalah 22 persen. Pengobatan hipertensi, selain menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu, juga akan menurunkan angka prematuritas, mengurangi hambatan pertumbuhan janin intrauterin, dan menurunkan angka kematian perinatal,” tuturnya.
Pengobatan nonfarmakologis perlu dilakukan pada wanita hamil dengan hipertensi ringan (tekanan diastolik kurang dari 95 mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pengawasan ketat, pembatasan aktivitas, istirahat di tempat tidur dengan posisi lateral kiri yang bergantung pada tingginya tekanan darah, umur kehamilan, serta faktor risiko yang ada pada ibu dan janin. “Dianjurkan untuk diet normal tanpa pembatasan garam,” kata Endang.
Ibu hamil dengan hipertensi sedang (tekanan diastolik lebih dari 95 mmHg) dapat diberi obat antihipertensi. Jika hipertensi lebih berat (tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg), ibu hamil dapat diberi obat antihipertensi parenteral, seperti labetalol, hidralazin, klonidin, dan antagonis kalsium. Untuk mencegah kejang, dapat diberikan magnesium sulfat atau fenitoin. (kompas)

1 Comentário:

adaliz mengatakan...

mantap gan.. hydroc

Posting Komentar

lusi Blog © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO